Jumat, 03 Juli 2015

JALAN PERUBAHAN (Sebuah Trilogy)

1.KEGALAUAN

Malam masih buta
Ketika hatiku terketuk menuliskan sebuah prosa
Tentang negeri impian yg masih direka
Dari geliat mimpi mimpi para pemimpin perubahan pemula
Yang masih terlelap dibalik selimut tebal dan peluk asmara

Dan ketika mentari menyapa
Dengan sinar kemerahan...dan keceriaan pagi
Aku tersenyum menyaksikan tepi batas negeri ini
Laksana sutera alam nan menawan
Tapi lusuh di sudut perbatasan tanpa polesan..

Siang telah menyengatkan teriknya
Membakar setiap sudut fatamorgana
Seperti juga menyulutkan bara di hatiku
Kala kusaksikan negeri ini masih ditangan para durjana
Yang berkuasa dengan hati yang telah terbakar begitu hitamnya...

Jiwaku berkobar manakala kusaksikan ketimpangan....
berjejer orang dalam antrian tanpa kepastian

Dadaku sesak laksana terhimpit
Ketika kusaksikan tua renta menahan sakit dengan duit yg sedikit

Rahangku gemetar
Ketika kusaksikan syarat ijin masih berlembar lembar

Aku terduduk bersimpuh
Melihat wajah negeriku yang masih lusuh

Bahkan amarahku meradang
Ketika kudapati loket loket tutup ditinggal makan siang

Tatapanku nanar tanpa harapan
Menyaksikan anak anak negeri yg tercabik dari asanya menggapai masa depan

Akupun hampir kehilangan harapan
Manakala pembangunan direka tanpa arah tujuan
Dan kesejahteraan yang kian jauh dari keadilan dan pemerataan.

Malam masih buta
Ketika kuakhiri prosa pertama ini untuk beranjak pergi
Melepas segala kepenatan menuju negeri impian.

Nunukan, Mei 2015
Joe_DCoolGen


KISAH PAGI

  Aku menemui embun pagi Yang bersiap pergi dari ujung dedaunan Ia seperti malu bercengkrama dengan mentari Yang menawarkan kehangat...