Minggu, 16 Juni 2019

JALAN PENGABDIAN


Uff.....

Mungkin baru seperempat saja kelopak mataku iklhas terbuka

Ketika sanubariku tergerak, mengalirkan energi ke sel, saraf dan otot mekanika jemariku untuk menuliskan prosa

Setelah bangun tidurku yang tergesa, seperti biasa

Dan nampak olehku temaram lampu menyinari puncak monas yang merona



Ingantanku begitu dekat, sangat dekat, hanya sepelemparan batu pada ribuan kilometer jarak raga

Pada wajah wajah seri pengabdi tepi negeri

Dimana masa depan anak negeri ingin kutitipkan pada dedikasi, budi halus dan tulus hati

Pada merekalah kutuliskan bait puisi ini..



Uffft....

Telah berakhir bait kedua, tapi tak jua kutemukan rumusan prosa yang teristimewa untuk mereka

Karena kalbuku hanya diselimuti kekaguman yang memunca

Dimana setiap langkah jalan pengabdian mereka sungguhlah teramat istimewa

Maka cukuplah kuputuskan menuliskan sebuah bait prosa yang sederhana

Tentang sebuah Jalan Pengabdian



Guruku....

Sejauh jalan pengabdian yang engkau tempuh nantinya

Yakinlah “Jariyah”  yang akan menuntunmu kedalam berkah

Maka yakinkanlah dirimu dalam melangkah

Sebagaimana bekal dirimu memaknai ANEKA



Inilah saat yang tepat

Dimana engkau mengubah Aktualisasi menjadi Realisasi

Dimana engkau harus meninggalkan Habituasi menuju Habitat Alami

Dimana hatimulah yang akan menuntun anak anak negeri meraih mimpi

Sejenak kupalingkan wajah, pada semarak fatamorgana ibukota..

Namun anganku kembali padamu, guruku, dengan wajah wajah seri dan binar mata bahagia



Pada Bu Ida yang ku tahu selalu memberikan kekuatan usaha dengan do’a.. maka teruslah kalian berusaha dan berdo’a, karena itulah kekuatan yang sesungguhnya


Pada sosok Elly yang telah mengisahkan inspirasi edukasi, aku belajar bagaimana tulus mengabdi dengan Loyalitas yang tinggi


Pada senyum ramah Syamsiah juga aku belajar makna tekad yang tak kenal menyerah dan silaturahim yang membuka jalan berkah


Pada sosok Eko, aku memaknai bagaimana kasih yang tulus  adalah satu dari komitmen diri, maka sedekahkanlah diri kita untuk mengabdi, walau apa yang terjadi


Begitu juga pada semangat dan jiwa muda Layun Ester, dimana aku belajar meresapi ketulusan anak anak ibu pertiwi, menuntun anak tepi negeri meraih mimpi akan kesejahteraan dan tak lagi terbelakang


Maka jelaslah apa yang telah menjadi kisah-kisah dalam jalan panjang pengabdian, seperti layaknya Samsuri Lukmana, dimana semakin yakinlah diriku, bahwa Engkau wahai guru, adalah suri tauladan bagi kami, anak anak didikmu, sebagaimana kisah suci makna pendidikan yang telah diajarkan oleh Luqman.


Terbayang kembali olehku pada wajah Kevin Bagaskara, dimana ku belajar akan makna kemauan untuk berinovasi, sebagai jalan pengabdian membangun Bangsa dengan penuh kasih sayang dan penuh penghargaan akan setiap karya


Juga pada Rudi yang memberikan inspirasi bagiku akan makna cinta negeri melalui edukasi berbasis ekologi, sungguh aku yakin dengan jalan inilah suatu saat kita akan mampu mewujudkan Nunukan menjadi Rumah kita semua yang layak untuk kita huni


Pada wajah teduh Andi Suhaida juga sungguh aku belajar akan makna, bahwa tak ada satupun beban yang berat dalam jalan panjang pengabdian kita, jika kita membuka seluasnya ruang dalam dada kita, untuk dipenuhi energi keikhlasan yang akan menuntun kita menuju impian yang sesungguhnya.


Pada titik ini kalbuku berbisik, legalah rasanya aku telah mengenal sosok Lilik, karena aku berkeyakinan, sungguh kini aku punya keyakinan, pada pundak Engkau lah wahai guru-guruku semua kami sandarkan harapan, kiranya kehadiranmu mampu menjadi oase, melepaskan dahaga ku akan pendidikan yang berkualitas, layaknya aku menanti air ditengah gurun meski setitik.


Kutuliskan prosa sederhanaku ini juga terinspirasi dari sosok Betty, dimana aku memeras sari pati makna proses belajar yang tanpa henti, maka patutlah kita diajarkan senantiasa belajar dan terus belajar sedari buaian hingga akhir hayat nanti, Utlubul Ilmi...walau bistssin... karena belajar itulah sejauh jalan pengabdian kita menuju Ridho-Nya



Pada akhirnya kututup bait prosa sederhana ini..

Ketiga sayup kudengar lantunan adzan subuh..

Sembari menanti hadirnya mentari, kususuri lorong-lorong pusat negeri

Dan kumaknai setiap langkahnya juga sebagai jalan pengabdianku...

Sebagaimana ingin kuikuti jalan pengabdian guru-guruku

Agar “Jariyah” menuntunku kepada Berkah



Jakarta, 160619         04.35
Beberapa jam sebelum bertolak menikmati kuntum Sakura

Joe DCoolGen


KISAH PAGI

  Aku menemui embun pagi Yang bersiap pergi dari ujung dedaunan Ia seperti malu bercengkrama dengan mentari Yang menawarkan kehangat...