Sabtu, 07 Februari 2015

ELEGI SENJA DI CADAS PANGERAN

Surya menampakkan keangkuhannya
Dihiasi sutra putih merias angkasa
Ketika jejak kakiku melintasi bukit kapur yang sama angkuhnya
Menikmati liukan tepi jurang yang mempesona
Kupahatkan angan pada sketsa wajahmu yang maya
Membayangkan senyum dan sapa dari wajah merona
Memuncaki harapan sebuah pertemuan sarat makna
Karena engkaulah jiwa tak kurengkuh raga

Rembulanpun menyapa dengan sinarnya yang temaram
Bersalin rupa dari rona merah senja mentari yang lelah
Ketika kujejakkan kakiku di tepi bukit penuh istana
Pada hamparan hijau permadani khatulistiwa
Kupatrikan mata hatiku pada salam pertama
Menyambut senyum indahmu dikawal malaikat kecil yang perkasa
Menggenapi hasrat suci pertautan dua jiwa nestapa
Karena engkaulah jiwa tak seiring raga

Dibalik dinding batu kapur ini
Hanyalah kita dua jiwa senggurauan

Dibawah sinar bulan ini
Hanyalah kita dua hati yang tak padan

Didinginnya malam...dan pagi yang buta
Hanyalah kita dua raga yang memainkan drama tak berkesudahan

Dan senja beranjak pamit dari pucak cadas pangeran
Menghapus sketsa wajahmu dalam gelap samar bayangan
Kutapaki bukit menuju lembah persinggahan
Membiarkan bukit kapur jiwaku remuk redam
Karena dipuncak bukit sana nampaklah air matamu telah mengkristal dalam kebahagiaan
Yang dipajang pada almari kaca istana kebijaksanaan

Dan ketika senja telah benar benar pamit di cadas pangeran
Dan tak ada lagi rembulan dengan sinarnya yang temaram
Hanyalah kabut kelam sebagai hiasan
Dalam gulita kutuliskan bait ini dalam kesederhanaan
Menemani mimpiku menyambut mentari yang menghangatkan

medio sept
Joe DCoolGen


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAH PAGI

  Aku menemui embun pagi Yang bersiap pergi dari ujung dedaunan Ia seperti malu bercengkrama dengan mentari Yang menawarkan kehangat...