1.KEGALAUAN
Malam masih buta
Ketika hatiku terketuk menuliskan sebuah prosa
Tentang negeri impian yg masih direka
Dari geliat mimpi mimpi para pemimpin perubahan pemula
Yang masih terlelap dibalik selimut tebal dan peluk asmara
Dan ketika mentari menyapa
Dengan sinar kemerahan...dan keceriaan pagi
Aku tersenyum menyaksikan tepi batas negeri ini
Laksana sutera alam nan menawan
Tapi lusuh di sudut perbatasan tanpa polesan..
Siang telah menyengatkan teriknya
Membakar setiap sudut fatamorgana
Seperti juga menyulutkan bara di hatiku
Kala kusaksikan negeri ini masih ditangan para durjana
Yang berkuasa dengan hati yang telah terbakar begitu hitamnya...
Jiwaku berkobar manakala kusaksikan ketimpangan....
berjejer orang dalam antrian tanpa kepastian
Dadaku sesak laksana terhimpit
Ketika kusaksikan tua renta menahan sakit dengan duit yg sedikit
Rahangku gemetar
Ketika kusaksikan syarat ijin masih berlembar lembar
Aku terduduk bersimpuh
Melihat wajah negeriku yang masih lusuh
Bahkan amarahku meradang
Ketika kudapati loket loket tutup ditinggal makan siang
Tatapanku nanar tanpa harapan
Menyaksikan anak anak negeri yg tercabik dari asanya menggapai masa depan
Akupun hampir kehilangan harapan
Manakala pembangunan direka tanpa arah tujuan
Dan kesejahteraan yang kian jauh dari keadilan dan pemerataan.
Malam masih buta
Ketika kuakhiri prosa pertama ini untuk beranjak pergi
Melepas segala kepenatan menuju negeri impian.
Nunukan, Mei 2015
Joe_DCoolGen
Jumat, 03 Juli 2015
Kamis, 21 Mei 2015
JALAN PERUBAHAN (Sebuah Trilogy)
2. NEGERI IMPIAN
Disana...di negeri para Karaeng
Tersebutlah sebuah negeri setengah dongeng
Dimana beban masyarakat sangatlah enteng
Karena yang dibangun bukanlah benteng
Apalagi hanya nyaring suara kaleng
Disana...di negeri para pemuka kreasi dan inovasi
Pembangunan haruslah manusiawi
Bukan kerja berorientasi ekonomi
Apalagi hanya sekedar memperkaya diri
Disana....
Para Karaeng di Bantaeng
Kreasi dan Inovasi adalah dedikasi
Untuk Membangun Negeri
Dideďikasikan secara khusus untuk Bupati Bantaeng dan seluruh jajaran dan masyarakat
Sebuah renungan di akhir Pembelajaran Benchmarking
Peserta Diklatpim III angk 3 2015 NNK-LAN
Marina Beach....20 Mei 15. 17.43
By Jo_DCoolGen
Disana...di negeri para Karaeng
Tersebutlah sebuah negeri setengah dongeng
Dimana beban masyarakat sangatlah enteng
Karena yang dibangun bukanlah benteng
Apalagi hanya nyaring suara kaleng
Disana...di negeri para pemuka kreasi dan inovasi
Pembangunan haruslah manusiawi
Bukan kerja berorientasi ekonomi
Apalagi hanya sekedar memperkaya diri
Disana....
Para Karaeng di Bantaeng
Kreasi dan Inovasi adalah dedikasi
Untuk Membangun Negeri
Dideďikasikan secara khusus untuk Bupati Bantaeng dan seluruh jajaran dan masyarakat
Sebuah renungan di akhir Pembelajaran Benchmarking
Peserta Diklatpim III angk 3 2015 NNK-LAN
Marina Beach....20 Mei 15. 17.43
By Jo_DCoolGen
Rabu, 25 Maret 2015
PERMATA DALAM SUNYI
Kujumpai engkau ditengah gurun savana
Berpendar selaksa permata nan tiada tara
Tetapi tetaplah engkau berselimut dalam kering dan sunyi
Seperti sebungkus asa ku yang tersembunyi
Dalam luasnya hamparanmu
Terangmu menuntunku pada pencarian
Sendiri
Kutemukan dikau di kedalaman samudra
Berbinar laksana untaian mutiara
Dan tetaplah dikau bersemayam dalam gelap dan dingin
Seperti juga gelisah hatiku memendam bathin
Dalam terpaan gelombang samudra
Dinginmu merengkuhku pada dekapan
Tanpa makna
Engkaulah mutiara
Yang kucari sebagai puncak asa
Menggenapi mahligai dengan untaian permata
Meski tetaplah engkau dalam dingin dan sunyi
Dan membiarkanku dalam penantian tanpa makna
Sendiri
Muara teweh...Juli 01
Berpendar selaksa permata nan tiada tara
Tetapi tetaplah engkau berselimut dalam kering dan sunyi
Seperti sebungkus asa ku yang tersembunyi
Dalam luasnya hamparanmu
Terangmu menuntunku pada pencarian
Sendiri
Kutemukan dikau di kedalaman samudra
Berbinar laksana untaian mutiara
Dan tetaplah dikau bersemayam dalam gelap dan dingin
Seperti juga gelisah hatiku memendam bathin
Dalam terpaan gelombang samudra
Dinginmu merengkuhku pada dekapan
Tanpa makna
Engkaulah mutiara
Yang kucari sebagai puncak asa
Menggenapi mahligai dengan untaian permata
Meski tetaplah engkau dalam dingin dan sunyi
Dan membiarkanku dalam penantian tanpa makna
Sendiri
Muara teweh...Juli 01
Sabtu, 07 Maret 2015
GERHANA PAGI
Kukecap manis senyummu
Pada pagi yang menyapa cerah
Dan lapangnya hatiku seringan dirimu melangkah
Mengikis kabut hati yang kelabu
Engkaulah matahari
Yang gerhana
Karena cahayamu yang berseri
Tertutupi bulan purnama
Dan tetaplah jua engkau indah adanya
lorong1, 60315
Joe DCoolGen
Pada pagi yang menyapa cerah
Dan lapangnya hatiku seringan dirimu melangkah
Mengikis kabut hati yang kelabu
Engkaulah matahari
Yang gerhana
Karena cahayamu yang berseri
Tertutupi bulan purnama
Dan tetaplah jua engkau indah adanya
lorong1, 60315
Joe DCoolGen
Minggu, 01 Maret 2015
JALAN PULANG
Dititik ini
Jiwaku nadir
Harapanku sumir
Dan mimpi yang teranulir
Padamu yang bukan takdir
Meski kukecap manis senyummu disudut bibir
Dibawah terik mentari yang polos tanpa tabir
Menggugah kesadaran naluriku pada detik terakhir
Menyemayamkan hasratku padamu di istana pasir
Ditengah taman firdaus engkau bersenda jiwamu terparkir
Joe DCoolGen
Kota Sanggam, 96
Jiwaku nadir
Harapanku sumir
Dan mimpi yang teranulir
Padamu yang bukan takdir
Meski kukecap manis senyummu disudut bibir
Dibawah terik mentari yang polos tanpa tabir
Menggugah kesadaran naluriku pada detik terakhir
Menyemayamkan hasratku padamu di istana pasir
Ditengah taman firdaus engkau bersenda jiwamu terparkir
Joe DCoolGen
Kota Sanggam, 96
Selasa, 17 Februari 2015
PERTIWIKU
Dari sudut jalan ini
Kulihat senyum ramah lelaki dan wanita paruh baya
Juga pemuda dan remaja tanggung
Generasi generasi yang memegang tongkat budaya yang tersisa
Dimana kemakmuran menjadi impian maya
Dibalik deretan gigi putih mereka, dan ras ras warna
Aku menyaksikan sebuah kemakmuran yang direka
Darwin menyapaku dengan ramah memberi kesan pertama
Dimana cintaku pada pertiwi masih tak terkira
Meski di negeriku kaum papa hanyalah menjadi konstitusi dan tambahan lembaran negara
Di bukit bukit batu....
Aku menghirup aroma Calyptus yang menyeruak setiap sudut kota
Yang bertajuk seperti noktah noktah diantara hamparan kerikil fatamorgana
Tuhan benar benar adil dengan sedekah hujannya yang limit
Tapi menumbuhkan naluri menanam bagi kaum berduit
Dengan mahkota pirang secantik Gerry, atau secokkat Felice, dan seramah Michelle
Palmerstone membawaku pada secuil surga tandus yang menghijau
Dimana anganku pulang pada pertiwiku, jamrud hijau
Meski sang ibu tengah menangis karena ulah kami yag terlampau
Ditengah terik padang Emerald
Dari atas Fairbairn Dam yang teduh
Dengan setianya mereka menghimpun sedekah setetes air
Dari sungai sungai, creek dan clitters,
Dimana sebagian darinya telah menjadi lintasan rasa hampir disepanjang tahunnya
Dengan airnya yg mengering...hanya menyisakan tulus menyimpan yang tersisa
Menyuburkan pohon pohon botol dengan fosil kegemukannya
SunWater memberiku pelajaran pertama
Dimana tirta menjadi maha raja, yang dikawal hingga akhir ia bermuara
Dahagaku tiba tiba berpaling pada Sang Ibu Pertiwi
Dimana anugerah maha besar pada sungai sungai, dari ujung bukit hingga muara
Hanyalah menjadi tong sampah, bahkan sumber bencana karena tak terjaga
Dan rumah tak aman bagi paa satwa pemiliknya.
Disudut jalan ini...
Kuamati kembali secarik peta
Yang menuntunku pada kaki kaki pencakar langit
Dimana senyum gigi putih dari ras pemilik tanah menyambutku di pintu pertama
Ku sambut uluran tangan halus para pelayan yang setia pada rakyatnya
Canberra sepertinya tau bagaimana ia mengemban AMPERA
Maka dari sudut jendela John Gordon yang terbuka
Kupandangi dari jauh negeriku yang masih angkara
Dimana rakyat hanyalah objek kerja bagi kemakmuran mereka
Dan AMPERA hanyalah pokok bahasan dalam setiap rapat kerja.
Senyum ramah kembali menyapaku
Dari gadis anggun dengan jubah jubah
Juga lalu lalang ras penjuru dunia yang ramah
Ketika ku akhiri aksi berdiriku dari busway yang lengang
Dari perbukitan bondi junction menuju pelataran Opera House
Dan tepian Sidney Harbour yang glamour
Ku edarkan 360 derajat pandanganku selaksa pemandu tour
Dimana dunia telah bersalin rupa dengan sejuta rona
Dimana selembar sutra laksana batas batas antara peneguh iman dan kaum pendosa
Lakum diinukum waliyadiin
Maka dari sudut Mushollah yang kusulap dari dari sepotong kain perca dari tepi ruang restoran Java
Doaku kembali padamu, Pertiwi
Kaulah negeriku maha sempurna
Lintasan benua Australia, Dec 2002
Joe DCoolGen
Kulihat senyum ramah lelaki dan wanita paruh baya
Juga pemuda dan remaja tanggung
Generasi generasi yang memegang tongkat budaya yang tersisa
Dimana kemakmuran menjadi impian maya
Dibalik deretan gigi putih mereka, dan ras ras warna
Aku menyaksikan sebuah kemakmuran yang direka
Darwin menyapaku dengan ramah memberi kesan pertama
Dimana cintaku pada pertiwi masih tak terkira
Meski di negeriku kaum papa hanyalah menjadi konstitusi dan tambahan lembaran negara
Di bukit bukit batu....
Aku menghirup aroma Calyptus yang menyeruak setiap sudut kota
Yang bertajuk seperti noktah noktah diantara hamparan kerikil fatamorgana
Tuhan benar benar adil dengan sedekah hujannya yang limit
Tapi menumbuhkan naluri menanam bagi kaum berduit
Dengan mahkota pirang secantik Gerry, atau secokkat Felice, dan seramah Michelle
Palmerstone membawaku pada secuil surga tandus yang menghijau
Dimana anganku pulang pada pertiwiku, jamrud hijau
Meski sang ibu tengah menangis karena ulah kami yag terlampau
Ditengah terik padang Emerald
Dari atas Fairbairn Dam yang teduh
Dengan setianya mereka menghimpun sedekah setetes air
Dari sungai sungai, creek dan clitters,
Dimana sebagian darinya telah menjadi lintasan rasa hampir disepanjang tahunnya
Dengan airnya yg mengering...hanya menyisakan tulus menyimpan yang tersisa
Menyuburkan pohon pohon botol dengan fosil kegemukannya
SunWater memberiku pelajaran pertama
Dimana tirta menjadi maha raja, yang dikawal hingga akhir ia bermuara
Dahagaku tiba tiba berpaling pada Sang Ibu Pertiwi
Dimana anugerah maha besar pada sungai sungai, dari ujung bukit hingga muara
Hanyalah menjadi tong sampah, bahkan sumber bencana karena tak terjaga
Dan rumah tak aman bagi paa satwa pemiliknya.
Disudut jalan ini...
Kuamati kembali secarik peta
Yang menuntunku pada kaki kaki pencakar langit
Dimana senyum gigi putih dari ras pemilik tanah menyambutku di pintu pertama
Ku sambut uluran tangan halus para pelayan yang setia pada rakyatnya
Canberra sepertinya tau bagaimana ia mengemban AMPERA
Maka dari sudut jendela John Gordon yang terbuka
Kupandangi dari jauh negeriku yang masih angkara
Dimana rakyat hanyalah objek kerja bagi kemakmuran mereka
Dan AMPERA hanyalah pokok bahasan dalam setiap rapat kerja.
Senyum ramah kembali menyapaku
Dari gadis anggun dengan jubah jubah
Juga lalu lalang ras penjuru dunia yang ramah
Ketika ku akhiri aksi berdiriku dari busway yang lengang
Dari perbukitan bondi junction menuju pelataran Opera House
Dan tepian Sidney Harbour yang glamour
Ku edarkan 360 derajat pandanganku selaksa pemandu tour
Dimana dunia telah bersalin rupa dengan sejuta rona
Dimana selembar sutra laksana batas batas antara peneguh iman dan kaum pendosa
Lakum diinukum waliyadiin
Maka dari sudut Mushollah yang kusulap dari dari sepotong kain perca dari tepi ruang restoran Java
Doaku kembali padamu, Pertiwi
Kaulah negeriku maha sempurna
Lintasan benua Australia, Dec 2002
Joe DCoolGen
Jumat, 13 Februari 2015
GERIANG
Catatan seorang karib EdyviaFanni
Malam masih muda
Karena senja baru saja minta diri
Dia berpesan
"Damailah engkau dalam sunyi"
Dalam selimut kabut dingin
Dalam rengkuhan
Gulita bernyanyi
Diantara rembulan dan gemintang
Yang bersenggama dalam terang pelangi
Malam masih muda
Karena memang masih ada tawa
Dipelupuk dewa bercanda
Suatu hari disudut R.II.2....ketika almanak 96 baru terbuka
Joe DCoolGen
Malam masih muda
Karena senja baru saja minta diri
Dia berpesan
"Damailah engkau dalam sunyi"
Dalam selimut kabut dingin
Dalam rengkuhan
Gulita bernyanyi
Diantara rembulan dan gemintang
Yang bersenggama dalam terang pelangi
Malam masih muda
Karena memang masih ada tawa
Dipelupuk dewa bercanda
Suatu hari disudut R.II.2....ketika almanak 96 baru terbuka
Joe DCoolGen
Kamis, 12 Februari 2015
SALAM TERAKHIR
Di persimpangan ini
Kulihat sinar matamu menyiratkan kegalauan
Dalam gelisah engkau bergumam
Berpisahlah raga dan biarkan jiwamu bersemayam
Di persimpangan ini
Kutemukan secarik kertas penuh noktah goresan
Dalam canda tawa engkau lukiskan kebersamaan
Berpisahlah raga dan biarkan rinduku terpendam
Di persimpangan ini
Sekelebat bayanganmu berkilauan
Meninggalkan jejak jejak membran hati yang bertautan
Dalam kuncup kuncup bunga bermekaran
Dimana hasrat jiwa menyatu sebagai toksik persahabatan
Dan perpisahan ini menjadi benih sebuah harapan
Sebuah pertemuan
Sungai Jepun, 0215
Joe DCoolGen
Kulihat sinar matamu menyiratkan kegalauan
Dalam gelisah engkau bergumam
Berpisahlah raga dan biarkan jiwamu bersemayam
Di persimpangan ini
Kutemukan secarik kertas penuh noktah goresan
Dalam canda tawa engkau lukiskan kebersamaan
Berpisahlah raga dan biarkan rinduku terpendam
Di persimpangan ini
Sekelebat bayanganmu berkilauan
Meninggalkan jejak jejak membran hati yang bertautan
Dalam kuncup kuncup bunga bermekaran
Dimana hasrat jiwa menyatu sebagai toksik persahabatan
Dan perpisahan ini menjadi benih sebuah harapan
Sebuah pertemuan
Sungai Jepun, 0215
Joe DCoolGen
Selasa, 10 Februari 2015
PANCARASA
Mungkin saja kutau hatimu kau tambatkan pada sesuatu
Dan itu bukan aku,
Seperti halnya sedikit hatiku yang kutautkan pada dinding hatimu
Mungkin saja kutau gerik tubuhmu kau bahasakan tentang sesuatu
Dan itu bukan hasrat padaku,
Seperti halnya tingkah polosku yang jujur mengikuti arah auramu
Mungkin saja kutau, tutur katamu adalah bahasa kalbu satiranmu
Dan itu bukan bahasa yang mudah kucerna sebagai tanda
Seperti halnya ucapanku yang terbungkus retorika memaknakan tentangmu bagiku
Mungkin saja kutau, kau telah tuliskan dalam diarymu nama indah yang kau lafalkan sebelum tidur lelapmu
Dan itu bukan inisial inisial, bin alias aliasku
Seperti halnya sebanyak ukiran namamu yang kupahatkan disetiap mimpi malamku
Mungkin saja sinar matamu telah menjadi terang dunia, dimana setiap arjuna mengantri mencuri hangat disetiap paginya
Dan aku dalam barisan paling belakang
Yakinku sinar matamu telah menerobos gelapnya hatiku menuju padamu...
Memperturutkan auramu
Menyarikan makna tentang hadirmu
Seperti sketsa mimpi mimpi malam panjangku
Dalam penantianku akan dirimu....
Palmerstone, NT...6.12.02
Joe DCoolGen
Dan itu bukan aku,
Seperti halnya sedikit hatiku yang kutautkan pada dinding hatimu
Mungkin saja kutau gerik tubuhmu kau bahasakan tentang sesuatu
Dan itu bukan hasrat padaku,
Seperti halnya tingkah polosku yang jujur mengikuti arah auramu
Mungkin saja kutau, tutur katamu adalah bahasa kalbu satiranmu
Dan itu bukan bahasa yang mudah kucerna sebagai tanda
Seperti halnya ucapanku yang terbungkus retorika memaknakan tentangmu bagiku
Mungkin saja kutau, kau telah tuliskan dalam diarymu nama indah yang kau lafalkan sebelum tidur lelapmu
Dan itu bukan inisial inisial, bin alias aliasku
Seperti halnya sebanyak ukiran namamu yang kupahatkan disetiap mimpi malamku
Mungkin saja sinar matamu telah menjadi terang dunia, dimana setiap arjuna mengantri mencuri hangat disetiap paginya
Dan aku dalam barisan paling belakang
Yakinku sinar matamu telah menerobos gelapnya hatiku menuju padamu...
Memperturutkan auramu
Menyarikan makna tentang hadirmu
Seperti sketsa mimpi mimpi malam panjangku
Dalam penantianku akan dirimu....
Palmerstone, NT...6.12.02
Joe DCoolGen
KSATRIA TERAKHIR
Kurusetra dipenuhi debu fatamorgana
Ketika ksatria berjalan tegap meninggalkan arena wirabhaktinya
Menyusuri lembah-lembah menuju praya
Dan berbarislah para satria adidayanya
Sebagai laskar terakhir menggapai singgasana
Dari balik tembok kota...
Terbukalah gerbang astana
Dan nampaklah deretan dan sunggingan wajah pesona
Merias mimpi mimpi yang nampaknya terwujud sempurna
Dan disana
Dibalik topi topi baja sang ksatria
Disudut bibir tersembullah getir batin siksa
Seperti juga disudut kurusetra dimana mereka membagi rencana
Tiap tiap ksatria adalah panglima di tiap ujung jalannya
Dan berlari sendiri dalam debu fatamorgana membangun istana
Menjadi laskar terakhir menegakkan panji dunia
March,05
Joe DCoolGen
Ketika ksatria berjalan tegap meninggalkan arena wirabhaktinya
Menyusuri lembah-lembah menuju praya
Dan berbarislah para satria adidayanya
Sebagai laskar terakhir menggapai singgasana
Dari balik tembok kota...
Terbukalah gerbang astana
Dan nampaklah deretan dan sunggingan wajah pesona
Merias mimpi mimpi yang nampaknya terwujud sempurna
Dan disana
Dibalik topi topi baja sang ksatria
Disudut bibir tersembullah getir batin siksa
Seperti juga disudut kurusetra dimana mereka membagi rencana
Tiap tiap ksatria adalah panglima di tiap ujung jalannya
Dan berlari sendiri dalam debu fatamorgana membangun istana
Menjadi laskar terakhir menegakkan panji dunia
March,05
Joe DCoolGen
Sabtu, 07 Februari 2015
TENTANGMU
Kau laksana bidadari kecil
Yang meliukkan bayangan dalam angan manja
Menggoreskan kisah kisah asmara durjana
Diliputi senyummu yang tersungging laksana dewi shinta
Meluruhkan seluruh nafasku yang sesak oleh romansa
Cinta
Kau laksana dewi dewi
Yang mengepakkan sayap khayangan penuh hayalan
Menebarkan aroma wangi kasturi
Dan tajamnya matamu yang menggugah roma
Menembus dinding hatiku yang dipenuhi jelaga
Cinta
Januari99
Joe DCoolGen
Yang meliukkan bayangan dalam angan manja
Menggoreskan kisah kisah asmara durjana
Diliputi senyummu yang tersungging laksana dewi shinta
Meluruhkan seluruh nafasku yang sesak oleh romansa
Cinta
Kau laksana dewi dewi
Yang mengepakkan sayap khayangan penuh hayalan
Menebarkan aroma wangi kasturi
Dan tajamnya matamu yang menggugah roma
Menembus dinding hatiku yang dipenuhi jelaga
Cinta
Januari99
Joe DCoolGen
ELEGI SENJA DI CADAS PANGERAN
Surya menampakkan keangkuhannya
Dihiasi sutra putih merias angkasa
Ketika jejak kakiku melintasi bukit kapur yang sama angkuhnya
Menikmati liukan tepi jurang yang mempesona
Kupahatkan angan pada sketsa wajahmu yang maya
Membayangkan senyum dan sapa dari wajah merona
Memuncaki harapan sebuah pertemuan sarat makna
Karena engkaulah jiwa tak kurengkuh raga
Rembulanpun menyapa dengan sinarnya yang temaram
Bersalin rupa dari rona merah senja mentari yang lelah
Ketika kujejakkan kakiku di tepi bukit penuh istana
Pada hamparan hijau permadani khatulistiwa
Kupatrikan mata hatiku pada salam pertama
Menyambut senyum indahmu dikawal malaikat kecil yang perkasa
Menggenapi hasrat suci pertautan dua jiwa nestapa
Karena engkaulah jiwa tak seiring raga
Dibalik dinding batu kapur ini
Hanyalah kita dua jiwa senggurauan
Dibawah sinar bulan ini
Hanyalah kita dua hati yang tak padan
Didinginnya malam...dan pagi yang buta
Hanyalah kita dua raga yang memainkan drama tak berkesudahan
Dan senja beranjak pamit dari pucak cadas pangeran
Menghapus sketsa wajahmu dalam gelap samar bayangan
Kutapaki bukit menuju lembah persinggahan
Membiarkan bukit kapur jiwaku remuk redam
Karena dipuncak bukit sana nampaklah air matamu telah mengkristal dalam kebahagiaan
Yang dipajang pada almari kaca istana kebijaksanaan
Dan ketika senja telah benar benar pamit di cadas pangeran
Dan tak ada lagi rembulan dengan sinarnya yang temaram
Hanyalah kabut kelam sebagai hiasan
Dalam gulita kutuliskan bait ini dalam kesederhanaan
Menemani mimpiku menyambut mentari yang menghangatkan
medio sept
Joe DCoolGen
Dihiasi sutra putih merias angkasa
Ketika jejak kakiku melintasi bukit kapur yang sama angkuhnya
Menikmati liukan tepi jurang yang mempesona
Kupahatkan angan pada sketsa wajahmu yang maya
Membayangkan senyum dan sapa dari wajah merona
Memuncaki harapan sebuah pertemuan sarat makna
Karena engkaulah jiwa tak kurengkuh raga
Rembulanpun menyapa dengan sinarnya yang temaram
Bersalin rupa dari rona merah senja mentari yang lelah
Ketika kujejakkan kakiku di tepi bukit penuh istana
Pada hamparan hijau permadani khatulistiwa
Kupatrikan mata hatiku pada salam pertama
Menyambut senyum indahmu dikawal malaikat kecil yang perkasa
Menggenapi hasrat suci pertautan dua jiwa nestapa
Karena engkaulah jiwa tak seiring raga
Dibalik dinding batu kapur ini
Hanyalah kita dua jiwa senggurauan
Dibawah sinar bulan ini
Hanyalah kita dua hati yang tak padan
Didinginnya malam...dan pagi yang buta
Hanyalah kita dua raga yang memainkan drama tak berkesudahan
Dan senja beranjak pamit dari pucak cadas pangeran
Menghapus sketsa wajahmu dalam gelap samar bayangan
Kutapaki bukit menuju lembah persinggahan
Membiarkan bukit kapur jiwaku remuk redam
Karena dipuncak bukit sana nampaklah air matamu telah mengkristal dalam kebahagiaan
Yang dipajang pada almari kaca istana kebijaksanaan
Dan ketika senja telah benar benar pamit di cadas pangeran
Dan tak ada lagi rembulan dengan sinarnya yang temaram
Hanyalah kabut kelam sebagai hiasan
Dalam gulita kutuliskan bait ini dalam kesederhanaan
Menemani mimpiku menyambut mentari yang menghangatkan
medio sept
Joe DCoolGen
Selasa, 03 Februari 2015
CINTA SUCI
Aku belajar pada matahari
Yang tanpa lelah memancarkan sinar hangatnya
Menjadi selimut bagi bumi dengan segala keluh kesahnya
Yang setia menjaga janji setianya pada Ilahi
Atas penciptaannya menjadi stitik cahaya pada gugusan galaksi
Aku belajar pada bulan
Karena senyumnya yg lengkung dan wajahnya yang purnama
Menghias malam menjadi maha cahaya pelengkap ceria
Yang setia menanti mentari tenggelam dalam pergantian tugasnya
Memantulkan cahaya menerobos gulita pelengkap tata surya
Aku mencari makna dari setianya merpati
Atau lebah lebah yang menjaga sarangnya
Mematuhi isi isi kitab Ilahi atas perintah ajaib dalam sel saraf mereka
Menjadi makhluk cerdas yang setia pada fitrah penciptaannya
Mengajarkan bagaimana ia selalu kembali sejauhnya mengembara
Pada ikan salmon yang melintasi samudra
Dan kembali pada anak anak sungai dihutan belantara dimana bersemanyam telurnya
Aku bertadabbur bagaimana Tuhan menanamkan Maha CintaNya
Dan pada penciptaanNya yang sempurna
Anak anak adam semilyaran manusia
Aku berfikir beribu kali menyarikan makna tentang cinta
Ada diantaranya dan aku yang cinta dunia...padahal dunia tak mungkin dalam genggamannya
Ada diantaranya dan aku yang cinta harta...padahal harta hanya titipan yang menjadi beban hisabnya
Ada diantaranya dan aku yang cinta wanita...padahal wanita wanita cantik tanpa iman adalah tipudaya
Ada diantaranya dan aku yang cinta tahta...padahal tanpa amanah itu hanyalah tirani laksana pedang yang menghunus dadanya
Ada diantaranya dan aku yang cinta anak...padahal wayang wayang mereka adalah boneka biasa yang harus diajarkan Kalimatullah penjamin surga, tanpa itu hanyalah berhala durhaka
Ada diantaranya dan aku yang cinta sesama..bahkan sesama jenis...dan jenis yang bersalin rupa padahal ia adalah bunga bunga neraka
Ada diantaranya dan aku yang cinta satwa melebihi segalanya....dan akupun berfikir pada mereka aku juga belajar semula.....
Maka pada sepenggal umpamaNya....
Benarlah bahwa anak anak adam semilyaran manusia tanpa taqwa
Hanyalah ia hina dina daripada satwa satwa yang istiqomah memegang janji penciptaanNya
Aku berfikir seribu kali menyarikan makna tentang cinta
Dari anak anak adam semilyaran manusia dan para satwa
Yang berdzikir pada mentari dan indahnya bulan yang mengitarinya
Dengan sinar hangat dan lengkung senyum cahaya
Hanya Dialah pemilik Cinta Suci pada sesungguhnya
Pagi berembun di Jakarta, 3.2.15
Joe DCoolGen
Yang tanpa lelah memancarkan sinar hangatnya
Menjadi selimut bagi bumi dengan segala keluh kesahnya
Yang setia menjaga janji setianya pada Ilahi
Atas penciptaannya menjadi stitik cahaya pada gugusan galaksi
Aku belajar pada bulan
Karena senyumnya yg lengkung dan wajahnya yang purnama
Menghias malam menjadi maha cahaya pelengkap ceria
Yang setia menanti mentari tenggelam dalam pergantian tugasnya
Memantulkan cahaya menerobos gulita pelengkap tata surya
Aku mencari makna dari setianya merpati
Atau lebah lebah yang menjaga sarangnya
Mematuhi isi isi kitab Ilahi atas perintah ajaib dalam sel saraf mereka
Menjadi makhluk cerdas yang setia pada fitrah penciptaannya
Mengajarkan bagaimana ia selalu kembali sejauhnya mengembara
Pada ikan salmon yang melintasi samudra
Dan kembali pada anak anak sungai dihutan belantara dimana bersemanyam telurnya
Aku bertadabbur bagaimana Tuhan menanamkan Maha CintaNya
Dan pada penciptaanNya yang sempurna
Anak anak adam semilyaran manusia
Aku berfikir beribu kali menyarikan makna tentang cinta
Ada diantaranya dan aku yang cinta dunia...padahal dunia tak mungkin dalam genggamannya
Ada diantaranya dan aku yang cinta harta...padahal harta hanya titipan yang menjadi beban hisabnya
Ada diantaranya dan aku yang cinta wanita...padahal wanita wanita cantik tanpa iman adalah tipudaya
Ada diantaranya dan aku yang cinta tahta...padahal tanpa amanah itu hanyalah tirani laksana pedang yang menghunus dadanya
Ada diantaranya dan aku yang cinta anak...padahal wayang wayang mereka adalah boneka biasa yang harus diajarkan Kalimatullah penjamin surga, tanpa itu hanyalah berhala durhaka
Ada diantaranya dan aku yang cinta sesama..bahkan sesama jenis...dan jenis yang bersalin rupa padahal ia adalah bunga bunga neraka
Ada diantaranya dan aku yang cinta satwa melebihi segalanya....dan akupun berfikir pada mereka aku juga belajar semula.....
Maka pada sepenggal umpamaNya....
Benarlah bahwa anak anak adam semilyaran manusia tanpa taqwa
Hanyalah ia hina dina daripada satwa satwa yang istiqomah memegang janji penciptaanNya
Aku berfikir seribu kali menyarikan makna tentang cinta
Dari anak anak adam semilyaran manusia dan para satwa
Yang berdzikir pada mentari dan indahnya bulan yang mengitarinya
Dengan sinar hangat dan lengkung senyum cahaya
Hanya Dialah pemilik Cinta Suci pada sesungguhnya
Pagi berembun di Jakarta, 3.2.15
Joe DCoolGen
Minggu, 25 Januari 2015
JEJAK DI TAPAL BATAS
Seperti halnya rupa rupa famili, genus dan jenisnya
Dia Yang Maha merekayasa menciptakan tikus dengan perannya
Dan dibumi, dimana manusia akhsanul khaaliqiin
Merekayasa juga jalan jalan tikus sebagai jejak peradaban dengan berbagai maksudnya pula
Disini...
Dimana koordinat-koordinat ditetapkan sebagai pembatas negeri
Ku susuri jejak itu dengan peluh pasi
Disana...
Dimana koordinat ditetapkan sebagai orang orang besar negeri ditarget pribadi
Kudengar lamat lamat kasak kusuk para dewa berkelahi
Disini...
Dimana jalan tikus dilewati remaja remaja dan durjana
Mengangkut narkoba perusak anak bangsa penerus negeri
Disana..
Jalan selaksa liku tikus dilewati mencari noda noda
Mengangkut setumpuk bukti saling menjerat leher para orang yang berarti
Dan pada kesimpulan awal aku masih tak mengerti.
Disini
Jalan tikus ditelusuri penuh peluh pasi mencari secercah solusi
Dimana para pekebun membawa gula manis garam asin dan mungkin juga terasi
Yang tak disediakan oleh para bijak negeri
Disana
Mereka mereka yang menyantap menu penuh rasa membawa gosip politisi sebagai penyedap santap siangnya
Dan berdiskusi menyelamatkan negeri yang belum pernah mereka injak ujungnya
Jalan tikus ditelusuri mencari celah lobi lobi yang dibiayai dari keringat anak negeri
Disini
Jalan tikus direkayasa manusia, masih becek, berlumpur, menuruni lembah dan menapaki bukit
Disana
Jalan tikus direkayasa manusia setengah dewa yang disuguhi cek, ditambahi uang lembur, mencari tempat basah dan keuntungan yang tak sedikit.
Dan pada kesimpulan akhir, akupun tak mengerti
Bagaimana logika mereka merekayasa jejak jejak di tapal batas
Dimana jejakku terhenti dengan peluh pasi
km5, sekaduyantaka, 240115
Joe DCoolGen
Dia Yang Maha merekayasa menciptakan tikus dengan perannya
Dan dibumi, dimana manusia akhsanul khaaliqiin
Merekayasa juga jalan jalan tikus sebagai jejak peradaban dengan berbagai maksudnya pula
Disini...
Dimana koordinat-koordinat ditetapkan sebagai pembatas negeri
Ku susuri jejak itu dengan peluh pasi
Disana...
Dimana koordinat ditetapkan sebagai orang orang besar negeri ditarget pribadi
Kudengar lamat lamat kasak kusuk para dewa berkelahi
Disini...
Dimana jalan tikus dilewati remaja remaja dan durjana
Mengangkut narkoba perusak anak bangsa penerus negeri
Disana..
Jalan selaksa liku tikus dilewati mencari noda noda
Mengangkut setumpuk bukti saling menjerat leher para orang yang berarti
Dan pada kesimpulan awal aku masih tak mengerti.
Disini
Jalan tikus ditelusuri penuh peluh pasi mencari secercah solusi
Dimana para pekebun membawa gula manis garam asin dan mungkin juga terasi
Yang tak disediakan oleh para bijak negeri
Disana
Mereka mereka yang menyantap menu penuh rasa membawa gosip politisi sebagai penyedap santap siangnya
Dan berdiskusi menyelamatkan negeri yang belum pernah mereka injak ujungnya
Jalan tikus ditelusuri mencari celah lobi lobi yang dibiayai dari keringat anak negeri
Disini
Jalan tikus direkayasa manusia, masih becek, berlumpur, menuruni lembah dan menapaki bukit
Disana
Jalan tikus direkayasa manusia setengah dewa yang disuguhi cek, ditambahi uang lembur, mencari tempat basah dan keuntungan yang tak sedikit.
Dan pada kesimpulan akhir, akupun tak mengerti
Bagaimana logika mereka merekayasa jejak jejak di tapal batas
Dimana jejakku terhenti dengan peluh pasi
km5, sekaduyantaka, 240115
Joe DCoolGen
Rabu, 21 Januari 2015
TUHAN SEMBILAN SENTI
Petuah bagi para pengasap By. Taufik Ismail...
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat beratbagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala,
tuhan baru,diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur
ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok
di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, Bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,dengan cueknya'
pakai dasi, orang-orang goblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa,
berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertandayang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz.Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan,Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz.
Rokok hukumnya haram!
Rokok hukumnya haram!
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi)
.Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fanadalam nikmat
lewat upacara menyalakan apidan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana'
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat beratbagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala,
tuhan baru,diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur
ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok
di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, Bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,dengan cueknya'
pakai dasi, orang-orang goblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im
sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa,
berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertandayang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz.Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan,Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz.
Rokok hukumnya haram!
Rokok hukumnya haram!
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi)
.Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fanadalam nikmat
lewat upacara menyalakan apidan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana'
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini
Senin, 19 Januari 2015
INDAHNYA KESEDERHANAAN
Sebuah satir dari Kenzo Takada
Un arbre c'est vert
Tous les arbres sout verts
On a tellement vu qu'il existe
Aussides arbres roses
Mais si tous les arbres etaient roses
Je vous aimais parle d'un arbre vert
Le monde est beau
Un arbre c'est vert
Tous les arbres sout verts
On a tellement vu qu'il existe
Aussides arbres roses
Mais si tous les arbres etaient roses
Je vous aimais parle d'un arbre vert
Le monde est beau
Jumat, 16 Januari 2015
PERJANJIAN YANG TEGUH
Dan bidukpun telah ditambatkan
Muara berlabuhpun telah ditetapkan..
Bersama kita kesana menggapai harapan
Mengarungi haru biru romansa kehidupan
Dan sempurnalah mimpi kita
Mana kala ikrar suci telah diucapkan
Karena untuk selama lamanya
Cinta suci ini kita bawa dan jaga seutuhnya...
Berdua
Kota Tepian, 08-09.07.06
Joe DCoolGen
Muara berlabuhpun telah ditetapkan..
Bersama kita kesana menggapai harapan
Mengarungi haru biru romansa kehidupan
Dan sempurnalah mimpi kita
Mana kala ikrar suci telah diucapkan
Karena untuk selama lamanya
Cinta suci ini kita bawa dan jaga seutuhnya...
Berdua
Kota Tepian, 08-09.07.06
Joe DCoolGen
Kamis, 15 Januari 2015
TRILOGI BINTER
ARUS
Ketika kumulai menuliskan bait ini
Aku masih menghayalkan sebuah judul prosa
Sama seperti hayalku tentang hasrat suci
Dimana Dia begitu murahnya menciptakan lekukan indah sungai sembakung penuh pesona
Yang meneriakkan riak kecil diarusnya yang melanda
Diantara doa doa penumpang bahtera sarat yang menggapai eksperimen pertama
Aku tak pernah mengerti bagaimana Kasih dan Sayangnya Dia
Melukiskan senyum para perempuan tua
Yang memikul berat umbi-umbi perlambang sejahtera
Padahal dibelahan negeriku yg masih angkara
Hanyalah itu sebagai lambang-lambang kesederhanaan dan limit biaya
Aku masih saja menghayalkan bagaimana makna kesetiaan bagi mereka
Para penjaga negeri yang kutau kadang menistakan jasanya
Dan aku tak pernah mengerti bagaimana tangan Rabbi meneteskan embun surga
Yang menghapuskan dahaga mereka akan lambang sejahtera dunia
Tapi aku berpikir mengalir saja
Seperti arus sungai ini...
Seperti juga keikhlasan mereka menjaga negeri
Dimana umbi-umbi dipikul berat oleh para nini
Sebagai lambang kesejahteraan duniawi
Dan dinistakan sebagai lambang kesederhanaan dan penghematan para pembesar negeri..
Yang menyadarkan aku pada sebuah difinisi
Negeri ini belum mengindonesiakan mereka dlm satu NKRI
Binter, 12 januari 15
Joe_DCoolGen
Ketika kumulai menuliskan bait ini
Aku masih menghayalkan sebuah judul prosa
Sama seperti hayalku tentang hasrat suci
Dimana Dia begitu murahnya menciptakan lekukan indah sungai sembakung penuh pesona
Yang meneriakkan riak kecil diarusnya yang melanda
Diantara doa doa penumpang bahtera sarat yang menggapai eksperimen pertama
Aku tak pernah mengerti bagaimana Kasih dan Sayangnya Dia
Melukiskan senyum para perempuan tua
Yang memikul berat umbi-umbi perlambang sejahtera
Padahal dibelahan negeriku yg masih angkara
Hanyalah itu sebagai lambang-lambang kesederhanaan dan limit biaya
Aku masih saja menghayalkan bagaimana makna kesetiaan bagi mereka
Para penjaga negeri yang kutau kadang menistakan jasanya
Dan aku tak pernah mengerti bagaimana tangan Rabbi meneteskan embun surga
Yang menghapuskan dahaga mereka akan lambang sejahtera dunia
Tapi aku berpikir mengalir saja
Seperti arus sungai ini...
Seperti juga keikhlasan mereka menjaga negeri
Dimana umbi-umbi dipikul berat oleh para nini
Sebagai lambang kesejahteraan duniawi
Dan dinistakan sebagai lambang kesederhanaan dan penghematan para pembesar negeri..
Yang menyadarkan aku pada sebuah difinisi
Negeri ini belum mengindonesiakan mereka dlm satu NKRI
Binter, 12 januari 15
Joe_DCoolGen
TRILOGI BINTER
3.PAGI di SAMUNTI
Pagi ini menyuguhkan aroma tanah
Yang harum dari limpasan bulir hujan yang berdentum
Aku beranjak keluar dari sebuah pondok ditepi jurang...bukit yang mulai gundul dengan tanah yang , merekah
Menemui kuncup bunga yang harum merekah kuntum
Hujan selalu saja menjadi salam hangat
Bukti rahmat-Nya yang terulur dari tangan malaikat
Mengetuk mengetuk atap atap seng seperti lonceng pengingat
Menyadarkan para belia, remaja dan pria tambun dibalik selimut nikmat
Bangun sejenak mengucap syukur nikmat
Pagi ini aku duduk di para para rumah tanpa kaca
Tanpa secangkir kopi dan makanan pembuka
dan pagi ini aku belajar pada sebuah tutur cerita
Dimana aroma tanah selepas hujan subuh begitu nikmat bagi mereka
Samunti, januari 15
Joe_DCoolGen
Pagi ini menyuguhkan aroma tanah
Yang harum dari limpasan bulir hujan yang berdentum
Aku beranjak keluar dari sebuah pondok ditepi jurang...bukit yang mulai gundul dengan tanah yang , merekah
Menemui kuncup bunga yang harum merekah kuntum
Hujan selalu saja menjadi salam hangat
Bukti rahmat-Nya yang terulur dari tangan malaikat
Mengetuk mengetuk atap atap seng seperti lonceng pengingat
Menyadarkan para belia, remaja dan pria tambun dibalik selimut nikmat
Bangun sejenak mengucap syukur nikmat
Pagi ini aku duduk di para para rumah tanpa kaca
Tanpa secangkir kopi dan makanan pembuka
dan pagi ini aku belajar pada sebuah tutur cerita
Dimana aroma tanah selepas hujan subuh begitu nikmat bagi mereka
Samunti, januari 15
Joe_DCoolGen
TRILOGI BINTER
2.MALAM
Malam ini merengkuhku pada dingin
Selimut sutra hanya pada frasa ingin
Melampaui hembusan nafas dan oksidasi angin
Dan kusaksikan cahayamu seperti nur dari liukan lilin
Yang mempertunjukan sendratari selembut satin
Kupenjarakan ku padamu dengan slogan fallin'
Dan benakku padamu semalam suntuk lalin
Satu malam larut di L.Ogong
Joe_DCoolGen
Malam ini merengkuhku pada dingin
Selimut sutra hanya pada frasa ingin
Melampaui hembusan nafas dan oksidasi angin
Dan kusaksikan cahayamu seperti nur dari liukan lilin
Yang mempertunjukan sendratari selembut satin
Kupenjarakan ku padamu dengan slogan fallin'
Dan benakku padamu semalam suntuk lalin
Satu malam larut di L.Ogong
Joe_DCoolGen
Sabtu, 03 Januari 2015
Maulid Kami
MAULID KAMI
Marhaban ya Rasulullah
Marhaban ya nabi salam alaika
PadaMu kami mengagungkan namanya
Penerang cahaya disegala asa
Kami tak pernah berhenti mengharap dan meminta
Pada ridhoMu pada uluran Syafaatnya
Yaa saliim yaa habibullah
Yang menuntun tak kenal lelah digaris ini
Dimana batas geografi menjadi keniscayaan kemakmuran duniawi
Kuagungkan namamu ya Rasul...
Menuntun kami kepada kemakmuran surgawi
Maulid perbatasan@Masjid Nurul Huda Mansalong, 3.1.15
Joe DCoolGen
Marhaban ya Rasulullah
Marhaban ya nabi salam alaika
PadaMu kami mengagungkan namanya
Penerang cahaya disegala asa
Kami tak pernah berhenti mengharap dan meminta
Pada ridhoMu pada uluran Syafaatnya
Yaa saliim yaa habibullah
Yang menuntun tak kenal lelah digaris ini
Dimana batas geografi menjadi keniscayaan kemakmuran duniawi
Kuagungkan namamu ya Rasul...
Menuntun kami kepada kemakmuran surgawi
Maulid perbatasan@Masjid Nurul Huda Mansalong, 3.1.15
Joe DCoolGen
Kamis, 01 Januari 2015
Hidup Baru
Hidup Baru
Frasa yang tersisa setelah pesta
Cinta selalu datang dalam kesederhanaannya
melampaui bait indah tanpa makna
menodakan setitik bahagia
seperti embun yang memandikan daun tanpa diminta
Cinta tak pernah rumit
tapi engkaulah sulit
dan waktu ku sedikit
dan masa lalupun telah pamit
sungai jepun, 2015
Joe DCoolGen
Frasa yang tersisa setelah pesta
Cinta selalu datang dalam kesederhanaannya
melampaui bait indah tanpa makna
menodakan setitik bahagia
seperti embun yang memandikan daun tanpa diminta
Cinta tak pernah rumit
tapi engkaulah sulit
dan waktu ku sedikit
dan masa lalupun telah pamit
sungai jepun, 2015
Joe DCoolGen
HARI PERTAMA
HARI PERTAMA
Menjejakkan kakiku pada
hari pertama dalam sebuah prosa
menurutkan goresan pena satir
melukiskan elektrifikasi saraf bawah sadar amatir
melukis kebahagiaan
seperti senyum seorang penjaja yang laris
dan mewujudkan impian
Menyusun bata demi bata selaksa dewa membentuk prambanan
Pada Hari Pertama
ku tetapkan bahagia sebagai satu tanda
bukan pelipur lara sebagai satu morfosa
mansappa, june 13
Joe DCoolGen
Menjejakkan kakiku pada
hari pertama dalam sebuah prosa
menurutkan goresan pena satir
melukiskan elektrifikasi saraf bawah sadar amatir
melukis kebahagiaan
seperti senyum seorang penjaja yang laris
dan mewujudkan impian
Menyusun bata demi bata selaksa dewa membentuk prambanan
Pada Hari Pertama
ku tetapkan bahagia sebagai satu tanda
bukan pelipur lara sebagai satu morfosa
mansappa, june 13
Joe DCoolGen
SENYUM
SENYUM
Pahala
Sukacita
Getir
Gembira
Pesona
Sinis
Simpul
penuh makna
Entah ku dibelahan bumi yg mana
perjalanansendiriditepilosari, medio nov 14
Joe DCoolGen
Pahala
Sukacita
Getir
Gembira
Pesona
Sinis
Simpul
penuh makna
Entah ku dibelahan bumi yg mana
perjalanansendiriditepilosari, medio nov 14
Joe DCoolGen
PESAN SAHABAT
Aku baru saja terjaga
dari pesta ria yang terlewat
karena aku berasyik masyuk pada nestapa
Bahkan pd bahagianya seorang sahabat
Pada pena maya kucurahkan
lintasanku pada orbit kehidupan
selaksa romantisnya syair sang sastrawan
meskipun aku sastrawan amatiran
Sungai jepun, 1.01.15
Joe DCoolGen
dari pesta ria yang terlewat
karena aku berasyik masyuk pada nestapa
Bahkan pd bahagianya seorang sahabat
Pada pena maya kucurahkan
lintasanku pada orbit kehidupan
selaksa romantisnya syair sang sastrawan
meskipun aku sastrawan amatiran
Sungai jepun, 1.01.15
Joe DCoolGen
Langganan:
Postingan (Atom)
KISAH PAGI
Aku menemui embun pagi Yang bersiap pergi dari ujung dedaunan Ia seperti malu bercengkrama dengan mentari Yang menawarkan kehangat...
-
Kita punya hujan yang sama kan? Kau turun dikala malam hendak pamit Menjadi selimut tebal kenangan Dan aku memilih hujan disiang hari Ka...
-
Hidup Baru Frasa yang tersisa setelah pesta Cinta selalu datang dalam kesederhanaannya melampaui bait indah tanpa makna menodakan setit...
-
Aku baru saja menemui ilalang Yang tak letih mendesirkan angin menuju pulang Menemui rasa takutku pada pertemuan di tengah padang Yang dip...